Jumat, 23 September 2011

BU GURU ANNISYA (NASKAH CERITA)

Aku mempunyai guru yang baik, pintar, cantik, rajin dan trampil, serta soleha, namanya Bu Annisya. Bu Anissya selalu memperhatikan dan sangat peduli sekali dengan kami semua. Bu Anissya sangat disenangi murid-murid di sekolah kami karena Bu Anissya selalu tersenyum dan tak pernah menampakkan muka masam.
Suatu hari aku kerumah Bu Anissya yang letaknya cukup jauh dari sekolah kami. Bu Anissya menempati rumah Dinas milik desa yang berada tidak jauh dari kantor desa. Selain jadi guru di sekolah, Bu Anissya juga aktif membantu di kantor desa sebagai staf pengurus desa.
Aku disambut dengan senyum dan ramah oleh Bu Guru Anissya. Kuperhatikan sekitar isi rumah, tidak ada barang-barang yang berharga, hanya nampak piagam dan tropy penghargaan. Bu Anissya sering memenangkan lomba dari berbagai macam jenis lomba baik bidang seni, ketrampilan, maupun olah raga. Bu Anissya pernah menjadi guru teladan tingkat kabupaten.
“Maaf yaa..Bu…. Ibu disini tinggal dengan siapa? Saudara dan orang tua …ibu kemana ? “
Pertanyaanku membuat Bu Aniisya terdiam sejenak. Lalu Bu Guru mengatakan bahwa ia tinggal sendiri.
Bu Anissyapun bercerita tentang masa kecilnya. Yang selalu diingat untuk menyemangati hidupnya karena banyak hikmah yang diambil dari kisah hidupnya.
“Bu …. Biar hari ini Anisya saja yang menjajakan kue-kuenya…. Ibukan sedang sakit. Ibu istirahat saja dulu, sudah Anissya buatkan air teh manis hangat untuk ibu!”
“Anissya … seandainya ayahmu masih ada. Mungkin kamu tidak susah-susah membantu ibu ikut berjualan. Lihat nak … rumah kita hampir roboh, disana-sini banyak genteng dan bilik yang bolong, tidak ada biaya untuk membetulkan ini semua.!”
“Ibu …. WALAU AYAH TIADA DI SISI KITA… JANGAN BERSEDIH, JANGAN BERDUKA…. WALAU DERITA BERSAMA KITA …. BERSABARLAH… BERDOALAH … IBU..KUUUU….”
“Asstagfirullohal adziim ….… maafkan ibu nak. Jangan lupa tubuhmu ditutupi plastik agar tidak kehujanan. Buku-bukumu sudah ibu masukkan kedalam plastik kresek. “
“Bu… Anisyya berangkat untuk menjajakan kue-kue ini. Setelah itu Anissya ke sekolah!”
“Anissya … . hati-hati di jalan. Diluar hujan sangat lebat sekali, …nak!”
“Iya … Anissya akan hati-hati Bu. ..Oh… ya, nanti jika dapat uang dari sisa penjualan, kita ke Puskesmas, ya… Bu?. Kalau ada apa-apa …ibu bisa minta tolong dengan tetangga!”
Berat sekali aku meninggalkan ibu yang sedang sakit di rumah sendiri. Hujan belum juga reda. Rumah ibu dekat dengan sungai.
“Kue…kue…kue…kue…. Kue …bu… masih hangat. “
Dari kampung ke kampung Ibu menjajakan kue. Tapi tidak terlalu lama kue dagangan Ibu sudah habis. Karena kue dagangan orangtua Ibu sudah banyak langganan pembelinya. Sejenak ibu merapikan dagangan sambil berteduh di emperan rumah penduduk, tiba-tiba dari kejauhan ibu mendengar sayup-sayup orang memanggil nama ibu. Terlihat seorang lelaki separuh baya, semakin dekat terlihat. Ternyata Pak RT dikampung ibu.
“Anissya… Anissya … Anissya. Bapak cari kamu kemana-mana,… nak !”
“Ada apa, Pak RT ….?
“Tabahkan hatimu ..ya.. nak! Telah terjadi banjir bandang menerpa kampung kita. Air bah terlalu deras datang dengan tiba-tiba. Rumah-rumah yang berada dipinggiran sungai terbawa arus.!”
“Bagaimana dengan rumah dan Ibu saya pak!”
“Ter…bawa arus air. Sampai sekarang belum diketemukan !”
“Ibu … ibu… ibu … “
“Ayo.. nak kita kesana. Bapak Kepala Desa dan para warga sedang menunggumu.”
Ibu dan Pak RT berjalan menuju arah rumah, di sana sudah banyak warga dan Bapak Kepala Desa. Ibu duduk termenung. Sambil menantap puing-puing rumah yang terbawa arus dan menunggu perkembangan kabar dari orang tua Ibu.
Terdengar kabar orang tua Ibu sudah diketemukan , Sekarang berada dib alai desa. Ibu beserta warga yang lain berlari menuju balai desa. Dengan perasaan khawatir ibu terus berdo’a. Sesampainya di balai desa semua orang menatap ibu dengan menunduk, tidak ada sepatah katapun dari mereka.
Ibu terperanjat dan tidak percaya ….
“Ibu … ibu … ibu … jangan tinggalkan Anissya bu.. Anissya tinggal dengan siapa? Ibu bangun……!”
Seseorang yang berpakaian Dinas Desa merangkul pundak ibu, sambil berkata ……..
“Anissya kamu tinggal dengan kami. Semua warga penduduk ingin membantumu dan mengangkat mu menjadi anak. Tapi aku sebagai Kepala Desa bertanggung jawab kepada warganya. Bapak tahu kamu anak yang pintar, kamu dapat membantu di kantor desa. Kamu bisa menempati rumah Dinas Desa. Nanti semua biaya sekolahmu akan Bapak tanggung…. Sampai kamu memperoleh cita-citamu. Maukah kamu ….?”
“Mau Pak …. dengan siapa lagi Anissya akan tinggal? ……… Saya akan berdo’a untuk ibu. Ya..Allah terimalah Ibu disisimu bersama dengan Bapak yang telah mendahului kami…Tempatkan ia bersama dengan orang-orang mukmin,…”
Hari itu ibu harus kehilangan orang-orang yang ibu cintai. Raihlah cita-citamu setinggi-tingginya, berbuatlah yang terbaik dan professional walaupun nanti tidak terkenal. Jagalah kepercayaan dari orang-orang yang mencintai dan menyayangimu.

Karya : Purwo.P