Aku mempunyai guru yang baik, pintar, cantik, rajin dan trampil, serta soleha, namanya Bu Annisya. Bu Anissya selalu memperhatikan dan sangat peduli sekali dengan kami semua. Bu Anissya sangat disenangi murid-murid di sekolah kami karena Bu Anissya selalu tersenyum dan tak pernah menampakkan muka masam.
Suatu hari aku kerumah Bu Anissya yang letaknya cukup jauh dari sekolah kami. Bu Anissya menempati rumah Dinas milik desa yang berada tidak jauh dari kantor desa. Selain jadi guru di sekolah, Bu Anissya juga aktif membantu di kantor desa sebagai staf pengurus desa.
Aku disambut dengan senyum dan ramah oleh Bu Guru Anissya. Kuperhatikan sekitar isi rumah, tidak ada barang-barang yang berharga, hanya nampak piagam dan tropy penghargaan. Bu Anissya sering memenangkan lomba dari berbagai macam jenis lomba baik bidang seni, ketrampilan, maupun olah raga. Bu Anissya pernah menjadi guru teladan tingkat kabupaten.
“Maaf yaa..Bu…. Ibu disini tinggal dengan siapa? Saudara dan orang tua …ibu kemana ? “
Pertanyaanku membuat Bu Aniisya terdiam sejenak. Lalu Bu Guru mengatakan bahwa ia tinggal sendiri.
Bu Anissyapun bercerita tentang masa kecilnya. Yang selalu diingat untuk menyemangati hidupnya karena banyak hikmah yang diambil dari kisah hidupnya.
“Bu …. Biar hari ini Anisya saja yang menjajakan kue-kuenya…. Ibukan sedang sakit. Ibu istirahat saja dulu, sudah Anissya buatkan air teh manis hangat untuk ibu!”
“Anissya … seandainya ayahmu masih ada. Mungkin kamu tidak susah-susah membantu ibu ikut berjualan. Lihat nak … rumah kita hampir roboh, disana-sini banyak genteng dan bilik yang bolong, tidak ada biaya untuk membetulkan ini semua.!”
“Ibu …. WALAU AYAH TIADA DI SISI KITA… JANGAN BERSEDIH, JANGAN BERDUKA…. WALAU DERITA BERSAMA KITA …. BERSABARLAH… BERDOALAH … IBU..KUUUU….”
“Asstagfirullohal adziim ….… maafkan ibu nak. Jangan lupa tubuhmu ditutupi plastik agar tidak kehujanan. Buku-bukumu sudah ibu masukkan kedalam plastik kresek. “
“Bu… Anisyya berangkat untuk menjajakan kue-kue ini. Setelah itu Anissya ke sekolah!”
“Anissya … . hati-hati di jalan. Diluar hujan sangat lebat sekali, …nak!”
“Iya … Anissya akan hati-hati Bu. ..Oh… ya, nanti jika dapat uang dari sisa penjualan, kita ke Puskesmas, ya… Bu?. Kalau ada apa-apa …ibu bisa minta tolong dengan tetangga!”
Berat sekali aku meninggalkan ibu yang sedang sakit di rumah sendiri. Hujan belum juga reda. Rumah ibu dekat dengan sungai.
“Kue…kue…kue…kue…. Kue …bu… masih hangat. “
Dari kampung ke kampung Ibu menjajakan kue. Tapi tidak terlalu lama kue dagangan Ibu sudah habis. Karena kue dagangan orangtua Ibu sudah banyak langganan pembelinya. Sejenak ibu merapikan dagangan sambil berteduh di emperan rumah penduduk, tiba-tiba dari kejauhan ibu mendengar sayup-sayup orang memanggil nama ibu. Terlihat seorang lelaki separuh baya, semakin dekat terlihat. Ternyata Pak RT dikampung ibu.
“Anissya… Anissya … Anissya. Bapak cari kamu kemana-mana,… nak !”
“Ada apa, Pak RT ….?
“Tabahkan hatimu ..ya.. nak! Telah terjadi banjir bandang menerpa kampung kita. Air bah terlalu deras datang dengan tiba-tiba. Rumah-rumah yang berada dipinggiran sungai terbawa arus.!”
“Bagaimana dengan rumah dan Ibu saya pak!”
“Ter…bawa arus air. Sampai sekarang belum diketemukan !”
“Ibu … ibu… ibu … “
“Ayo.. nak kita kesana. Bapak Kepala Desa dan para warga sedang menunggumu.”
Ibu dan Pak RT berjalan menuju arah rumah, di sana sudah banyak warga dan Bapak Kepala Desa. Ibu duduk termenung. Sambil menantap puing-puing rumah yang terbawa arus dan menunggu perkembangan kabar dari orang tua Ibu.
Terdengar kabar orang tua Ibu sudah diketemukan , Sekarang berada dib alai desa. Ibu beserta warga yang lain berlari menuju balai desa. Dengan perasaan khawatir ibu terus berdo’a. Sesampainya di balai desa semua orang menatap ibu dengan menunduk, tidak ada sepatah katapun dari mereka.
Ibu terperanjat dan tidak percaya ….
“Ibu … ibu … ibu … jangan tinggalkan Anissya bu.. Anissya tinggal dengan siapa? Ibu bangun……!”
Seseorang yang berpakaian Dinas Desa merangkul pundak ibu, sambil berkata ……..
“Anissya kamu tinggal dengan kami. Semua warga penduduk ingin membantumu dan mengangkat mu menjadi anak. Tapi aku sebagai Kepala Desa bertanggung jawab kepada warganya. Bapak tahu kamu anak yang pintar, kamu dapat membantu di kantor desa. Kamu bisa menempati rumah Dinas Desa. Nanti semua biaya sekolahmu akan Bapak tanggung…. Sampai kamu memperoleh cita-citamu. Maukah kamu ….?”
“Mau Pak …. dengan siapa lagi Anissya akan tinggal? ……… Saya akan berdo’a untuk ibu. Ya..Allah terimalah Ibu disisimu bersama dengan Bapak yang telah mendahului kami…Tempatkan ia bersama dengan orang-orang mukmin,…”
Hari itu ibu harus kehilangan orang-orang yang ibu cintai. Raihlah cita-citamu setinggi-tingginya, berbuatlah yang terbaik dan professional walaupun nanti tidak terkenal. Jagalah kepercayaan dari orang-orang yang mencintai dan menyayangimu.
Karya : Purwo.P
Jumat, 23 September 2011
Senin, 16 Mei 2011
NASKAH DRAMA SULTAN AGENG TIRTAYASA
SULTAN AGENG TIRTAYASA
( NARATOR ) Bangsa Eropa mengembangkan sayapnya mencari daerah jajahannya untuk mencari rempah-rempah yang mahal harganya di daratan Eropa. Bangsa Portugis datang kebumi nusantara. Kedatangannya membawa petaka bagi rakyat jealata. Rakyat dipaksa untuk menjual rempah-rempah dengan harga murah.
(DI ATAS PANGGUNG BANGSA PORTUGIS DATANG DENGAN ANGKUH, MENYIKSA RAKYAT JELATA, MEMBELI BARANG DENGAN CARA MEMAKSA)
( NARATOR ) Kedatangan Bangsa Portugis disambut baik oleh kerajaan Pajajaran di tanah Pulau Jawa. Melihat etikat yang tidak baik, Kerajaan Demak marah. Sultan Trenggono selaku raja Demak mengutus Fatahillah untuk menyerang benteng Portugis yang berada di Sunda Kelapa.
( NARATOR ) Atas Nasehat Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati dari Cirebon, maka bergabunglah pasukan dari Cirebon dan Demak menuju Pelabuhan Sunda Kelapa untuk menyerang Portugis.
BABAK I
PERTEMUAN DI BALAI SUROSOAN KERAJAAN CIREBON
SUNAN GUNUNG JATI : “Ananda Hasanudin, Dinda Dipati Kelling, dan Dinda Dipati Cangkuang. Bantulah Ananda Fatahillah untuk mengusir bangsa Portugis dari tanah Jawa. “
DIPATI KELLING & CANGKUANG : “Mohon doa dan restu, kanjeng Sunan!”
(NARATOR) Pasukan Demak yang dipimpin oleh Fatahillah dibantu oleh rakyat Cirebon berjalan menyelusuri jalan darat. Mereka merambah hutan dan rawa menuju Sunda kelapa. Lebatnya hutan dan binatang buas yang siap menerkam tidak mereka hiraukan, satu keyakinan dapat mengusir bangsa Portugis dan berjihad. Bangsa Portugis dan pasukan Pajajaran belum mengetahui kedatangan pasukan Demak.
SUASANA DI SUNDA KELAPA. PORTUGIS DAN PASUKAN PAJAJARAN HILIR MUDIK MENGAWASI PEDAGANGAN. TIBA-TIBA DATANG PASUKAN DEMAK. TERIAK TAKBIR MENGGEMA. SUARA DENTUMAN MERIAM MENGGELEGAR. SUARA PEDANG DAN TOMBAK BERDENTINGAN KARENA BERADU KEKUATAN ANTARA PASUKAN PORTUGIS, PAJAJARAN , DAN KERAJAAN DEMAK TERJADILAH PERTEMPURAN
PASUKAN PORTUGIS DAN PAJAJARAN MUNDUR KALAH PERANG.
FATAHILLAH BERDIRI DI ATAS FODIUM ATAU TEMPAT YAG PALING TINGGI DAN BERKATA.
FATAHILLAH : “Dengan rasa syukur kita kepada Gusti Alloh. Atas kemenangan ini. Maka pelabuhan Sunda Kelapa ini diganti dengan nama Jayakarta”
SEMUA PASUKAN BERTEPUK TANGAN DAN SALING BERPELUKAN TANDA SYUKUR ATAS KEMENANGAN MEREKA.
BABAK 2
(PARA PEMBESAR KERAJAAN NAIK KE ATAS PANGGUNG) PERTEMUAN DI DALAM TENDA KEBESARAN KERAJAAN.
HASANUDIN : “Maaf kanda Fatahillah, ananda hendak kembali ke Banten. Tugas dari ayahanda Sunan sudah ananda laksanakan, Kiranya mohon petunjuk apa yang harus ananda lakukan?”
DIPATI KELLING : “ Demikian pula ananda berdua kembali ke Cirebon. Kiranya mohon petunjuk Kanda Fatahillah.”
FATAHILLAH : “ Kepada dinda semua, nanda atas nama Kanjeng Sultan Trenggono selaku Sultan Kerajaan Demak, sangat berterimakasih sekali atas semua bantuan yang diberikan dalam mengusir Bangsa Portugis dari tanah Jawa ini. Kiranya kita tetap bersaudara dalam naungan kerajaan Demak.”
HASANUDIN : “Trimakasih atas nasehat dan wejangan, kanda Fatahillah, Kami semua mohon undur diri.”
HASANUDIN, DIPATI KELLING , DIPATI CANGKUANG : “Assalamualaikum Wr. Wb…..”
FATAHILLAH : “Walaikum salam Wr. Wb. Hati-hati dijalan dinda semua …..!”
HASANUDIN, DIPATI KELLING DAN DIPATI CANGKUANG BESERTA PARA TENTARANYA KELUAR PANGGUNG.
FATAHILLAH BESERTA PARA PUNGGAWANYAPUN KELUAR PANGGUNG.
( NARATOR ) Setelah kembalinya dari Jaya Karta, Maulana Hasanudin menjadi penguasa di Banten dibawah naungan kerajaan Demak. Diapun mendirikan Mesjid Agung di sampingnya dibangun Istana Surosowan sebagai pusat pemerintahannya sekaligus memperdalam ilmu agama Islam. Waktu terus berlalu, terjadi pergolakan dan kemelut yang panjang di kerajaan Demak.
DI PANGGUNG TERLIHAT PERTEMPURAN ANTARA PASUKAN DEMAK DENGAN MATARAM.
BANYAK PASUKAN DARI KEDUA BELAH PIHAK YANG GUGUR, RAKYAT MENJADI KORBAN. (PASUKAN SILIH BERGANTI KELUAR MASUK PANGGUNG)
( NARATOR ) Kerajaan Demak menjadi lemah dalam segala bidang kehidupan. Keadaan ini mengakibatkan Demak kehilangan kewibawaan dimata dunia internasional, sedang dalam waktu bersamaan, Banten mengalami kemajuan disegala segi. Situasi demikianlah yang mendorong Hasanudin mengambil keputusan untuk melepaskan Banten dari pengawasan Kerajaan Demak. Banten menjadi kerajaan yang berdiri sendiri, dengan Maulana Hasanudin sebagai raja pertamanya.
BABAK 3
SULTAN HASANUDIN BESERTA PARA PRAJURIT DAN RAKYAT BANTEN MASUK PANGGUNG.
HASANUDIN : “Para guru, para Punggawa, dan rakyatku. Banten tidak mau terlibat dalam keributan di Pemerintahan Demak. Banten tidak akan memihak salah satu dari mereka yang bertikai, karena mereka adalah saudara kita yang masih dalam satu ikatan keluarga. Maka hari ini kunyatakan, Banten melepaskan diri dari kekuasaan dan pengawasan kerajaan Demak. Insya Allah apa yang kita ikrarkan di redhoi oleh Gusti Allah SWT…amin. Allahuakbar ….Allahuakbar …. Allahuakbar…”
RAKYATPUN BERGEMBIRA SAMBIL BERTEPUK TANGAN DAN MENGGEMAKAN TAKBIR ALLAHUAKBAR …. ALLAHUAKBAR …. ALLAHUAKBAR.
( NARATOR ) Kerajaan Banten terus berkembang dengan pesat. Perekonomian rakyat semakin sejahtera. Kesultanan Banten terus silih berganti dengan pemerintahan yang arif dan bijaksana. Mulai dari Sultan Maulana Hasanudin, Sultan Maulana Yusuf, Sultan Muhammad Kajeng Ratu Banten Surosuwan, Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir, dan Sultan Ageng Tirtayasa.
BABAK 4
MASUKLAH PARA PUNGGAWA KERAJAAN DAN SULTAN AGENG TIRTAYASA. SUASANA DI SUROSOWAN KERAJAAN BANTEN.
SULTAN AGENG : “Para Mangkubumi, aku sangat prihatin sekali dengan perkembangan Putra Mahkota Sultan Haji. Tingkah laku dan cara berpakaian tidak sesuai dengan adat kebiasaan Banten. Sudah sering ku nasehati agar tidak terlalu dekat dengan kompeni Belanda.”
MANGKUBUMI 1 : “Maaf kanjeng Sultan. Rakyat juga banyak yang mengeluh, karena harga barang dibeli dengan harga yang murah oleh kompeni Belanda, ini atas persetujuan Sultan Haji. “
MANGKUBUMI 2 : “ Pajak perdagangan juga dinaikkan oleh Sultan Haji. Kompeni Belanda dan Sultan Haji telah membuat perjanjian. Perjanjian yang dilakukannya menyusahkan rakyat Banten.”
SULTAN AGENG : “Apa yang harus ananda lakukan sekarang ?”
MANGKUBUMI 3 : “Atas petunjuk Kanjeng Sultan sebelumnya. Telah hamba perintahkan Para pangeran dan pembesar istana yang masih setia pada Kanjeng Sultan Ageng, untuk pergi keluar Kota Bumi. Serta para Punggawa dan prajurit siap sedia di luar kota apabila Surosuwan ini di gempur oleh Kompeni Belanda.”
SEMUA DIAM SEJENAK TERJADI KETEGANGAN. TIBA-TIBA MASUK SEORANG PUNGGAWA PRAJURIT.
PRAJURIT : “Maaf kanjeng Sultan. Ada kabar yang tidak baik di perairan Batavia..”
SULTAN AGENG : “Ada kabar apa, punggawa ?”
PRAJURIT : “Kapal kita yang baru pulang dari Jawa Timur ditahan kompeni Belanda karena dianggap kapal perompak, Kanjeng Sultan.”
SULTAN AGENG : “Habis sudah kesabaranku. Wahai para Punggawa Kerajaan dan prajurit yang setia kepada Banten. Dengan ini aku umumkan bahwa Banten dan Kompeni Belanda dalam keadaan perang. Persiapkan semua perbekalan dan persenjataan untuk menghadapi kompeni Belanda.!”
DENGAN ANGKUH DAN SOMBONG MASUKLAH SULTAN HAJI DIIRINGI PARA PENGAWALNYA.
SULTAN HAJI : “Maaf ayahandah. Ayahanda terlalu gegabah dan ceroboh. Mengambil keputusan untuk berperang melawan kompeni Belanda. Aku tidak setuju. Keputusan ayahanda tidak syah karena tidak dimusyawarahkan dahulu.”
SULTAN AGENG : “Ayahanda juga akan bertanya kepada nanda. Apakah keputusan nanda yang mau bekerjasama dengan Kompeni Belanda dan menandatangani beberapa perjanjian dengan Kompeni Belanda, sudahkah melalui musyawarah kerajaan?”
SULTAN HAJI : “Ingat ayahanda. Ayahanda sudah terlalu tua dan sudah mulai pikun. Jadi sudah tidak pantas lagi memimpin kerajaan Banten ini. Biar ananda yang akan menjadi Sultan di kerajaan Banten ini. segala keputusan dan tanggung jawab, biar ananda yang ambil alih.”
SULTAN AGENG : “Cukup.! Silahkan ananda Sultan Haji keluar dari Surosowan ini. Biar ayahanda yang akan menghadapi Kompeni Belanda itu.”
SULTAN HAJI BESERTA PARA PENGAWALNYA PERGI, KELUAR PANGGUNG.
SULTAN AGENG : “Para Punggawa dan prajurit beserta rakyatku yang setia kepada Banten mari kita hadapi Kompeni Belanda dengan gagah berani dan jihad pissabilillah. Jangan kita serahkan tanah Banten ini kepada Kompeni Belanda yang kafir itu. Allahu Akbar.”
TERIAKAN TAKBIR SULTAN DIIKUTI OLEH SEMUA YANG HADIR DI BALAI SUROSOWAN ITU.
BABAK 5
PASUKAN SULTAN AGENG SEDANG BERJAGA-JAGA DI TANAHARA DAN BENTENG TIRTAYASA. TIBA-TIBA DARI LUAR MUNCUL PASUKAN KOMPENI BELANDA DAN PASUKAN SULTAN HAJI. TERJADILAH PERTEMPURAN. SUARA DESINGAN SENAPAN DAN DENTUMAN MERIAM SERTA DENTINGAN ANTARA PEDANG, TOMBAK, DAN KERIS. PASUKAN SULTAN AGENG KALAH , BANYAK KORBAN DAN SEBAGIAN MUNDUR.
SUASANA DI SUROSOWAN TIRTAYASA.
PANGERAN PURBAYA : “Ayahanda Sultan Ageng. Pasukan kita banyak yang gugur. Kanda Sultan Haji beserta pasukan Kompeni Belanda sebentar lagi akan dapat menguasai Surosowan Tirtayasa ini!”
PANGERAN KIDUL : “Benteng pertahanan kita yang ada di Kademangan dan Tanahara sudah diduduki oleh Kanda Sultan Haji yang dibantu oleh pasukan kompeni Belanda yang dipimpin oleh Kapten Tack. Ayahanda sultan”
SULTAN AGENG : “Ayahanda sangat khawatir dengan keadaan rakyat Banten. Oleh karena itu kita semua akan keluar dari Istana Surosowan Tirtayasa ini…”
PANGERAN KULON : “Mohon maaf ayahanda Sultan Ageng. Kita pertahankan saja Istana Surosowan Tirtayasa ini sampai titik darah penghabisan. Kita tidak mau Surosowan ini diinjak-injak oleh orang kafir dan para pendurhaka itu.”
SULTAN AGENG : “Tidak ananda Pangeran. Kekuatan persenjataan kita kalah dengan mereka. Untuk menghindari korban yang lebih banyak lagi. Kita akan mengundurkan diri kearah selatan yaitu hutan Keranggan. Nanti dari hutan Keranggan kita lanjutkan ke Lebak. Disana nanti kita akan mengadakan perlawanan dengan perang gerilya.”
PANGERAN PURBAYA : “Bagaimana dengan Istana Surosowan Tirtayasa ini, ayahanda sultan ?”
SULTAN AGENG : “DI BAKAR ! …. Ayahanda tidak mau Istana Sorosowan ini diambil alih oleh Kompeni Belanda yang kafir dan anakku Sultan Haji yang durhaka itu.”
SULTAN AGENG KELUAR DIIKUTI OLEH PARA PANGERAN DAN PEJABAT ISTANA.
MASUKLAH PASUKAN KOMPENI BELANDA BESERTA PASUKAN SULTAN HAJI.
KAPTEN TACK : “VERDOOMS. Pintar juga itu Sultan Ageng. Dibakarnya istana ini, agar tidak bisa kita pakai sebagai markas. Hai… Haji, kemana itu larinya Sultan Ageng ?”
SULTAN HAJI : “Ayahanda Sultan menuju ke Selatan, kearah Lebak. Tuan Kapten Tack!”
KAPTEN TACK : “Kalo begitu kita menuju kesana, nanti kita kepung daerah Lebak. Haji.. kau kerahkan seluruh pasukanmu untuk menuju Lebak.”
SULTAN HAJI : “Baik… Tuan Kapten Tack.”
KAPTEN TACK DAN SULTAN HAJI DIIKUTI OLEH SELURUH PASUKANNYA KELUAR PANGGUNG.
( NARATOR ) Sultan Ageng beserta para pejabat istana yang juga diikuti penduduk meninggalkan Istana Surosowan menuju ke selatan yaitu hutan Keranggan. Dari hutan Keranggan, Sultan Ageng dan seluruh pasukannya melanjutkan perjalanan ke Lebak. Satu tahun mereka melakukan perang gerilya. Tapi akhirnya Lebak pun dapat dikepung pasukan kompeni, sehingga pasukan Sultan Ageng terpecah menjadi dua bagian.
SULTAN AGENG, PANGERAN PURBAYA, PANGERAN KIDUL, PANGERAN KULON, DAN SYEKH YUSUF. BERADA DI DALAM HUTAN LEBAK (NAIK PANGGUNG)
PANGERAN PURBAYA : “ Kompeni Belanda telah mengetahui keberadaan kita. Kita sudah dikepung oleh mereka, ayahanda Sultan!”
SULTAN AGENG : “ Kita harus membagi perhatian mereka. Kita pecah pasukan kita menjadi dua bagian.
PANGERAN KULON : “ Maksud ayahanda… bagaimana?”
SULTAN AGENG : “ Pasukan dibagi dua, dengan tujuan kekuatan mereka akan terpecah belah. Mengerti ananda pangeran ?”
P. KULON, P. PURBAYA, P. KIDUL : “Nanda mengerti, Ayahanda Sultan…!”
SULTAN AGENG : “ Ananda Pangeran Purbaya, bawalah pasukan nanda menuju ke Sekitan Parijan di pedalaman Tangerang. Usahakan gerak pasukan dan para punggawa lainya tidak diketahui oleh pihak Kompeni Belanda!”
PANGERAN PURBAYA : “ Apapun keputusan ayahanda, akan ananda laksanakan.”
SULTAN AGENG : “ Ayahanda beserta Pangeran Kidul, Pangeran Kulon, dan Syekh Yusuf akan bergerak menuju ke Sajira di perbatasan Bogor!”
PANGERAN PURBAYA : “ Ananda mohon do’a dan restu. Ayahanda Sultan!”
PANGERAN PURBAYA KELUAR DIIKUTI OLEH BEBERAPA PUNGGAWA KERAJAAN. TIDAK BEBERAPA SAAT KEMUDIAN SULTAN AGENG BESERTA PANGERAN KERAJAAN KELUAR.
BABAK 6
( NARATOR ) Dalam pelariannya ke daerah Sajira, Sultan Ageng Tirtayasa sekali waktu mengadakan penyerangan ke markas Kompeni Belanda. Dengan taktik perang gerilya cukup merepotkan dan merugikan kompeni Belanda dan Sultan Haji. Atas hasutan dan siasat licik Kompeni Belanda mengajak Sultan Haji untuk mengadakan perundingan dengan Sultan Ageng Tirtayasa.
SUASANA DI MARKAS BELANDA DIADAKAN PERUNDINGAN ANTARA SULTAN HAJI DAN KOMPENI BELANDA.
KAPTEN TACK : “ Sultan Haji.. Kompeni telah banyak kerugian atas serangan-serangan yang dilakukan oleh pasukan Sultan Ageng di daerah perbatasan!”
SULTAN HAJI : “ Apa yang harus kita lakukan… Tuan Kapten Tack ?”
KAPTEN TACK : “ Kamu sudah mengetahui bahwasanya Sultan Ageng sudah tua. Kasihan kalau dia harus tinggal di dalam hutan. Katakan kepadanya, kita akan beri kebebasan serta tidak akan menyerang dan menangkap Sultan beserta pasukannya.”
SULTAN HAJI : “ Bagaimana kalau dia menolak ?”
KAPTEN TACK : “ Kompeni akan memberi kedudukan kepadanya untuk menjadi Sultan kembali di Banten. Prajurit dan rakyat Banten akan diberi jabatan dan keduukan di pemerintahan.”
SULTAN HAJI DIAM SEJENAK, PARA PEJABAT KOMPENI BELANDA BERBISIK-BISIK.
SULTAN HAJI : “ Baiklah akan ku kirim utusan untuk mengantar surat ke Ayahanda Sultan Ageng.”
SULTAN HAJI MENULIS SURAT KEPADA SULTAN AGENG UNTUK BERKUNJUNG KE SUROSOWAN.
SULTAN HAJI : “ Prajurit …. Kirimkan surat ini ke Ayahan Sultan Ageng !”
PRAJURIT YANG MENDAPAT TUGAS MENGIRIMKAN SURAT KELUAR PANGGUNG. SULTAN HAJI DAN KOMPENI BELANDA MASIH BERADA DI PANGGUNG.
( Narator ) Surat yang dikirimkan Sultan Haji telah diterima Sultan Ageng. Setelah membaca isi surat yang tujuan akan menciptakan kedamaian dan kemakmuran rakyat Banten. Sultan Ageng dan beberapa prajurit menemui Sultan Haji di Surosowan.
SULTAN AGENG DAN BEBERAPA PRAJURIT MASUK PANGGUNG.
SULTAN AGENG : “ Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!”
SULTAN HAJI : “ Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh, ….. Ayahanda Sultan Bagaimana kabarnya? ( SULTAN AGENG DIAM ) Ananda sangat rindu sekali dengan Ayahanda Sultan!”
SULTAN AGENG : “ Apa benar isi surat yang kau kirimkan kepada ayahanda itu? Ayahanda beserta rakyat Banten ingin hidup damai kembali. Biar rakyat Banten hidup sejahtera.”
SULTAN HAJI : “ Ben ………”
KAPTEN TACK : “ Nei…nei…nei…. Itu tidak benar Sultan. Kompeni mengundang Sultan bukan untuk berunding. Kompeni tidak mau banyak rugi atas serangan-serangan Sultan di daerah-daerah. Opas tangkap itu Sultan Ageng….!”
PRAJURIT BELANDA LANGSUNG BERGERAK MENANGKAPA SULTAN AGENG DAN PRAJURITNYA.
TIDAK ADA PERLAWANAN DARI SULTAN DAN PRAJURITNYA. SULTAN HAJI TAMPAK BINGUNG DAN BERUSAHA UNTUK MENCEGAH SIKAP BELANDA.
SULTAN AGENG : “ Mengapa kau lakukan ayahandamu seperti ini? Ayahanda mau datang ke Surosowan ini karena kamu! …..”
SULTAN HAJI : “ Maafkan ananda…. Ananda tidak tahu kalau ….”
KAPTEN TACK : “ Cukup … cukup pertemuan keluarga ini. Sultan akan Kompeni kirim ke Batavia. Ha … ha … ha … ha.”
SULTAN AGENG TIRTAYASA KELUAR PANGGUNG DISERTAI PRAJURIT KOMPENI BELANDA.
( NARATOR ) Sultan Ageng Tirtayasa telah ditangkap atas tipu daya Kompeni Belanda dan kerja sama Sultan Haji, semangat perjuangan menentang dominasi Belanda tidaklah kurang. Hal ini menjadikan semangat perjuangan keluarga kerajaan, para ulama dan rakyat Banten yang masih setia kepada Sultan Ageng Tirtayasa. Mereka masih terus berjuan dengan perang gerilya di hutan-hutan menentang kolonialisme Belanda di tanah Jawa.
TERDENGAR SUARA TAKBIR, DENTUMAN MERIAM DAN DESINGAN SENAPAN PARA PEJUANG RAKYAT BANTEN.
S E LE S A I
( NARATOR ) Bangsa Eropa mengembangkan sayapnya mencari daerah jajahannya untuk mencari rempah-rempah yang mahal harganya di daratan Eropa. Bangsa Portugis datang kebumi nusantara. Kedatangannya membawa petaka bagi rakyat jealata. Rakyat dipaksa untuk menjual rempah-rempah dengan harga murah.
(DI ATAS PANGGUNG BANGSA PORTUGIS DATANG DENGAN ANGKUH, MENYIKSA RAKYAT JELATA, MEMBELI BARANG DENGAN CARA MEMAKSA)
( NARATOR ) Kedatangan Bangsa Portugis disambut baik oleh kerajaan Pajajaran di tanah Pulau Jawa. Melihat etikat yang tidak baik, Kerajaan Demak marah. Sultan Trenggono selaku raja Demak mengutus Fatahillah untuk menyerang benteng Portugis yang berada di Sunda Kelapa.
( NARATOR ) Atas Nasehat Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati dari Cirebon, maka bergabunglah pasukan dari Cirebon dan Demak menuju Pelabuhan Sunda Kelapa untuk menyerang Portugis.
BABAK I
PERTEMUAN DI BALAI SUROSOAN KERAJAAN CIREBON
SUNAN GUNUNG JATI : “Ananda Hasanudin, Dinda Dipati Kelling, dan Dinda Dipati Cangkuang. Bantulah Ananda Fatahillah untuk mengusir bangsa Portugis dari tanah Jawa. “
DIPATI KELLING & CANGKUANG : “Mohon doa dan restu, kanjeng Sunan!”
(NARATOR) Pasukan Demak yang dipimpin oleh Fatahillah dibantu oleh rakyat Cirebon berjalan menyelusuri jalan darat. Mereka merambah hutan dan rawa menuju Sunda kelapa. Lebatnya hutan dan binatang buas yang siap menerkam tidak mereka hiraukan, satu keyakinan dapat mengusir bangsa Portugis dan berjihad. Bangsa Portugis dan pasukan Pajajaran belum mengetahui kedatangan pasukan Demak.
SUASANA DI SUNDA KELAPA. PORTUGIS DAN PASUKAN PAJAJARAN HILIR MUDIK MENGAWASI PEDAGANGAN. TIBA-TIBA DATANG PASUKAN DEMAK. TERIAK TAKBIR MENGGEMA. SUARA DENTUMAN MERIAM MENGGELEGAR. SUARA PEDANG DAN TOMBAK BERDENTINGAN KARENA BERADU KEKUATAN ANTARA PASUKAN PORTUGIS, PAJAJARAN , DAN KERAJAAN DEMAK TERJADILAH PERTEMPURAN
PASUKAN PORTUGIS DAN PAJAJARAN MUNDUR KALAH PERANG.
FATAHILLAH BERDIRI DI ATAS FODIUM ATAU TEMPAT YAG PALING TINGGI DAN BERKATA.
FATAHILLAH : “Dengan rasa syukur kita kepada Gusti Alloh. Atas kemenangan ini. Maka pelabuhan Sunda Kelapa ini diganti dengan nama Jayakarta”
SEMUA PASUKAN BERTEPUK TANGAN DAN SALING BERPELUKAN TANDA SYUKUR ATAS KEMENANGAN MEREKA.
BABAK 2
(PARA PEMBESAR KERAJAAN NAIK KE ATAS PANGGUNG) PERTEMUAN DI DALAM TENDA KEBESARAN KERAJAAN.
HASANUDIN : “Maaf kanda Fatahillah, ananda hendak kembali ke Banten. Tugas dari ayahanda Sunan sudah ananda laksanakan, Kiranya mohon petunjuk apa yang harus ananda lakukan?”
DIPATI KELLING : “ Demikian pula ananda berdua kembali ke Cirebon. Kiranya mohon petunjuk Kanda Fatahillah.”
FATAHILLAH : “ Kepada dinda semua, nanda atas nama Kanjeng Sultan Trenggono selaku Sultan Kerajaan Demak, sangat berterimakasih sekali atas semua bantuan yang diberikan dalam mengusir Bangsa Portugis dari tanah Jawa ini. Kiranya kita tetap bersaudara dalam naungan kerajaan Demak.”
HASANUDIN : “Trimakasih atas nasehat dan wejangan, kanda Fatahillah, Kami semua mohon undur diri.”
HASANUDIN, DIPATI KELLING , DIPATI CANGKUANG : “Assalamualaikum Wr. Wb…..”
FATAHILLAH : “Walaikum salam Wr. Wb. Hati-hati dijalan dinda semua …..!”
HASANUDIN, DIPATI KELLING DAN DIPATI CANGKUANG BESERTA PARA TENTARANYA KELUAR PANGGUNG.
FATAHILLAH BESERTA PARA PUNGGAWANYAPUN KELUAR PANGGUNG.
( NARATOR ) Setelah kembalinya dari Jaya Karta, Maulana Hasanudin menjadi penguasa di Banten dibawah naungan kerajaan Demak. Diapun mendirikan Mesjid Agung di sampingnya dibangun Istana Surosowan sebagai pusat pemerintahannya sekaligus memperdalam ilmu agama Islam. Waktu terus berlalu, terjadi pergolakan dan kemelut yang panjang di kerajaan Demak.
DI PANGGUNG TERLIHAT PERTEMPURAN ANTARA PASUKAN DEMAK DENGAN MATARAM.
BANYAK PASUKAN DARI KEDUA BELAH PIHAK YANG GUGUR, RAKYAT MENJADI KORBAN. (PASUKAN SILIH BERGANTI KELUAR MASUK PANGGUNG)
( NARATOR ) Kerajaan Demak menjadi lemah dalam segala bidang kehidupan. Keadaan ini mengakibatkan Demak kehilangan kewibawaan dimata dunia internasional, sedang dalam waktu bersamaan, Banten mengalami kemajuan disegala segi. Situasi demikianlah yang mendorong Hasanudin mengambil keputusan untuk melepaskan Banten dari pengawasan Kerajaan Demak. Banten menjadi kerajaan yang berdiri sendiri, dengan Maulana Hasanudin sebagai raja pertamanya.
BABAK 3
SULTAN HASANUDIN BESERTA PARA PRAJURIT DAN RAKYAT BANTEN MASUK PANGGUNG.
HASANUDIN : “Para guru, para Punggawa, dan rakyatku. Banten tidak mau terlibat dalam keributan di Pemerintahan Demak. Banten tidak akan memihak salah satu dari mereka yang bertikai, karena mereka adalah saudara kita yang masih dalam satu ikatan keluarga. Maka hari ini kunyatakan, Banten melepaskan diri dari kekuasaan dan pengawasan kerajaan Demak. Insya Allah apa yang kita ikrarkan di redhoi oleh Gusti Allah SWT…amin. Allahuakbar ….Allahuakbar …. Allahuakbar…”
RAKYATPUN BERGEMBIRA SAMBIL BERTEPUK TANGAN DAN MENGGEMAKAN TAKBIR ALLAHUAKBAR …. ALLAHUAKBAR …. ALLAHUAKBAR.
( NARATOR ) Kerajaan Banten terus berkembang dengan pesat. Perekonomian rakyat semakin sejahtera. Kesultanan Banten terus silih berganti dengan pemerintahan yang arif dan bijaksana. Mulai dari Sultan Maulana Hasanudin, Sultan Maulana Yusuf, Sultan Muhammad Kajeng Ratu Banten Surosuwan, Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir, dan Sultan Ageng Tirtayasa.
BABAK 4
MASUKLAH PARA PUNGGAWA KERAJAAN DAN SULTAN AGENG TIRTAYASA. SUASANA DI SUROSOWAN KERAJAAN BANTEN.
SULTAN AGENG : “Para Mangkubumi, aku sangat prihatin sekali dengan perkembangan Putra Mahkota Sultan Haji. Tingkah laku dan cara berpakaian tidak sesuai dengan adat kebiasaan Banten. Sudah sering ku nasehati agar tidak terlalu dekat dengan kompeni Belanda.”
MANGKUBUMI 1 : “Maaf kanjeng Sultan. Rakyat juga banyak yang mengeluh, karena harga barang dibeli dengan harga yang murah oleh kompeni Belanda, ini atas persetujuan Sultan Haji. “
MANGKUBUMI 2 : “ Pajak perdagangan juga dinaikkan oleh Sultan Haji. Kompeni Belanda dan Sultan Haji telah membuat perjanjian. Perjanjian yang dilakukannya menyusahkan rakyat Banten.”
SULTAN AGENG : “Apa yang harus ananda lakukan sekarang ?”
MANGKUBUMI 3 : “Atas petunjuk Kanjeng Sultan sebelumnya. Telah hamba perintahkan Para pangeran dan pembesar istana yang masih setia pada Kanjeng Sultan Ageng, untuk pergi keluar Kota Bumi. Serta para Punggawa dan prajurit siap sedia di luar kota apabila Surosuwan ini di gempur oleh Kompeni Belanda.”
SEMUA DIAM SEJENAK TERJADI KETEGANGAN. TIBA-TIBA MASUK SEORANG PUNGGAWA PRAJURIT.
PRAJURIT : “Maaf kanjeng Sultan. Ada kabar yang tidak baik di perairan Batavia..”
SULTAN AGENG : “Ada kabar apa, punggawa ?”
PRAJURIT : “Kapal kita yang baru pulang dari Jawa Timur ditahan kompeni Belanda karena dianggap kapal perompak, Kanjeng Sultan.”
SULTAN AGENG : “Habis sudah kesabaranku. Wahai para Punggawa Kerajaan dan prajurit yang setia kepada Banten. Dengan ini aku umumkan bahwa Banten dan Kompeni Belanda dalam keadaan perang. Persiapkan semua perbekalan dan persenjataan untuk menghadapi kompeni Belanda.!”
DENGAN ANGKUH DAN SOMBONG MASUKLAH SULTAN HAJI DIIRINGI PARA PENGAWALNYA.
SULTAN HAJI : “Maaf ayahandah. Ayahanda terlalu gegabah dan ceroboh. Mengambil keputusan untuk berperang melawan kompeni Belanda. Aku tidak setuju. Keputusan ayahanda tidak syah karena tidak dimusyawarahkan dahulu.”
SULTAN AGENG : “Ayahanda juga akan bertanya kepada nanda. Apakah keputusan nanda yang mau bekerjasama dengan Kompeni Belanda dan menandatangani beberapa perjanjian dengan Kompeni Belanda, sudahkah melalui musyawarah kerajaan?”
SULTAN HAJI : “Ingat ayahanda. Ayahanda sudah terlalu tua dan sudah mulai pikun. Jadi sudah tidak pantas lagi memimpin kerajaan Banten ini. Biar ananda yang akan menjadi Sultan di kerajaan Banten ini. segala keputusan dan tanggung jawab, biar ananda yang ambil alih.”
SULTAN AGENG : “Cukup.! Silahkan ananda Sultan Haji keluar dari Surosowan ini. Biar ayahanda yang akan menghadapi Kompeni Belanda itu.”
SULTAN HAJI BESERTA PARA PENGAWALNYA PERGI, KELUAR PANGGUNG.
SULTAN AGENG : “Para Punggawa dan prajurit beserta rakyatku yang setia kepada Banten mari kita hadapi Kompeni Belanda dengan gagah berani dan jihad pissabilillah. Jangan kita serahkan tanah Banten ini kepada Kompeni Belanda yang kafir itu. Allahu Akbar.”
TERIAKAN TAKBIR SULTAN DIIKUTI OLEH SEMUA YANG HADIR DI BALAI SUROSOWAN ITU.
BABAK 5
PASUKAN SULTAN AGENG SEDANG BERJAGA-JAGA DI TANAHARA DAN BENTENG TIRTAYASA. TIBA-TIBA DARI LUAR MUNCUL PASUKAN KOMPENI BELANDA DAN PASUKAN SULTAN HAJI. TERJADILAH PERTEMPURAN. SUARA DESINGAN SENAPAN DAN DENTUMAN MERIAM SERTA DENTINGAN ANTARA PEDANG, TOMBAK, DAN KERIS. PASUKAN SULTAN AGENG KALAH , BANYAK KORBAN DAN SEBAGIAN MUNDUR.
SUASANA DI SUROSOWAN TIRTAYASA.
PANGERAN PURBAYA : “Ayahanda Sultan Ageng. Pasukan kita banyak yang gugur. Kanda Sultan Haji beserta pasukan Kompeni Belanda sebentar lagi akan dapat menguasai Surosowan Tirtayasa ini!”
PANGERAN KIDUL : “Benteng pertahanan kita yang ada di Kademangan dan Tanahara sudah diduduki oleh Kanda Sultan Haji yang dibantu oleh pasukan kompeni Belanda yang dipimpin oleh Kapten Tack. Ayahanda sultan”
SULTAN AGENG : “Ayahanda sangat khawatir dengan keadaan rakyat Banten. Oleh karena itu kita semua akan keluar dari Istana Surosowan Tirtayasa ini…”
PANGERAN KULON : “Mohon maaf ayahanda Sultan Ageng. Kita pertahankan saja Istana Surosowan Tirtayasa ini sampai titik darah penghabisan. Kita tidak mau Surosowan ini diinjak-injak oleh orang kafir dan para pendurhaka itu.”
SULTAN AGENG : “Tidak ananda Pangeran. Kekuatan persenjataan kita kalah dengan mereka. Untuk menghindari korban yang lebih banyak lagi. Kita akan mengundurkan diri kearah selatan yaitu hutan Keranggan. Nanti dari hutan Keranggan kita lanjutkan ke Lebak. Disana nanti kita akan mengadakan perlawanan dengan perang gerilya.”
PANGERAN PURBAYA : “Bagaimana dengan Istana Surosowan Tirtayasa ini, ayahanda sultan ?”
SULTAN AGENG : “DI BAKAR ! …. Ayahanda tidak mau Istana Sorosowan ini diambil alih oleh Kompeni Belanda yang kafir dan anakku Sultan Haji yang durhaka itu.”
SULTAN AGENG KELUAR DIIKUTI OLEH PARA PANGERAN DAN PEJABAT ISTANA.
MASUKLAH PASUKAN KOMPENI BELANDA BESERTA PASUKAN SULTAN HAJI.
KAPTEN TACK : “VERDOOMS. Pintar juga itu Sultan Ageng. Dibakarnya istana ini, agar tidak bisa kita pakai sebagai markas. Hai… Haji, kemana itu larinya Sultan Ageng ?”
SULTAN HAJI : “Ayahanda Sultan menuju ke Selatan, kearah Lebak. Tuan Kapten Tack!”
KAPTEN TACK : “Kalo begitu kita menuju kesana, nanti kita kepung daerah Lebak. Haji.. kau kerahkan seluruh pasukanmu untuk menuju Lebak.”
SULTAN HAJI : “Baik… Tuan Kapten Tack.”
KAPTEN TACK DAN SULTAN HAJI DIIKUTI OLEH SELURUH PASUKANNYA KELUAR PANGGUNG.
( NARATOR ) Sultan Ageng beserta para pejabat istana yang juga diikuti penduduk meninggalkan Istana Surosowan menuju ke selatan yaitu hutan Keranggan. Dari hutan Keranggan, Sultan Ageng dan seluruh pasukannya melanjutkan perjalanan ke Lebak. Satu tahun mereka melakukan perang gerilya. Tapi akhirnya Lebak pun dapat dikepung pasukan kompeni, sehingga pasukan Sultan Ageng terpecah menjadi dua bagian.
SULTAN AGENG, PANGERAN PURBAYA, PANGERAN KIDUL, PANGERAN KULON, DAN SYEKH YUSUF. BERADA DI DALAM HUTAN LEBAK (NAIK PANGGUNG)
PANGERAN PURBAYA : “ Kompeni Belanda telah mengetahui keberadaan kita. Kita sudah dikepung oleh mereka, ayahanda Sultan!”
SULTAN AGENG : “ Kita harus membagi perhatian mereka. Kita pecah pasukan kita menjadi dua bagian.
PANGERAN KULON : “ Maksud ayahanda… bagaimana?”
SULTAN AGENG : “ Pasukan dibagi dua, dengan tujuan kekuatan mereka akan terpecah belah. Mengerti ananda pangeran ?”
P. KULON, P. PURBAYA, P. KIDUL : “Nanda mengerti, Ayahanda Sultan…!”
SULTAN AGENG : “ Ananda Pangeran Purbaya, bawalah pasukan nanda menuju ke Sekitan Parijan di pedalaman Tangerang. Usahakan gerak pasukan dan para punggawa lainya tidak diketahui oleh pihak Kompeni Belanda!”
PANGERAN PURBAYA : “ Apapun keputusan ayahanda, akan ananda laksanakan.”
SULTAN AGENG : “ Ayahanda beserta Pangeran Kidul, Pangeran Kulon, dan Syekh Yusuf akan bergerak menuju ke Sajira di perbatasan Bogor!”
PANGERAN PURBAYA : “ Ananda mohon do’a dan restu. Ayahanda Sultan!”
PANGERAN PURBAYA KELUAR DIIKUTI OLEH BEBERAPA PUNGGAWA KERAJAAN. TIDAK BEBERAPA SAAT KEMUDIAN SULTAN AGENG BESERTA PANGERAN KERAJAAN KELUAR.
BABAK 6
( NARATOR ) Dalam pelariannya ke daerah Sajira, Sultan Ageng Tirtayasa sekali waktu mengadakan penyerangan ke markas Kompeni Belanda. Dengan taktik perang gerilya cukup merepotkan dan merugikan kompeni Belanda dan Sultan Haji. Atas hasutan dan siasat licik Kompeni Belanda mengajak Sultan Haji untuk mengadakan perundingan dengan Sultan Ageng Tirtayasa.
SUASANA DI MARKAS BELANDA DIADAKAN PERUNDINGAN ANTARA SULTAN HAJI DAN KOMPENI BELANDA.
KAPTEN TACK : “ Sultan Haji.. Kompeni telah banyak kerugian atas serangan-serangan yang dilakukan oleh pasukan Sultan Ageng di daerah perbatasan!”
SULTAN HAJI : “ Apa yang harus kita lakukan… Tuan Kapten Tack ?”
KAPTEN TACK : “ Kamu sudah mengetahui bahwasanya Sultan Ageng sudah tua. Kasihan kalau dia harus tinggal di dalam hutan. Katakan kepadanya, kita akan beri kebebasan serta tidak akan menyerang dan menangkap Sultan beserta pasukannya.”
SULTAN HAJI : “ Bagaimana kalau dia menolak ?”
KAPTEN TACK : “ Kompeni akan memberi kedudukan kepadanya untuk menjadi Sultan kembali di Banten. Prajurit dan rakyat Banten akan diberi jabatan dan keduukan di pemerintahan.”
SULTAN HAJI DIAM SEJENAK, PARA PEJABAT KOMPENI BELANDA BERBISIK-BISIK.
SULTAN HAJI : “ Baiklah akan ku kirim utusan untuk mengantar surat ke Ayahanda Sultan Ageng.”
SULTAN HAJI MENULIS SURAT KEPADA SULTAN AGENG UNTUK BERKUNJUNG KE SUROSOWAN.
SULTAN HAJI : “ Prajurit …. Kirimkan surat ini ke Ayahan Sultan Ageng !”
PRAJURIT YANG MENDAPAT TUGAS MENGIRIMKAN SURAT KELUAR PANGGUNG. SULTAN HAJI DAN KOMPENI BELANDA MASIH BERADA DI PANGGUNG.
( Narator ) Surat yang dikirimkan Sultan Haji telah diterima Sultan Ageng. Setelah membaca isi surat yang tujuan akan menciptakan kedamaian dan kemakmuran rakyat Banten. Sultan Ageng dan beberapa prajurit menemui Sultan Haji di Surosowan.
SULTAN AGENG DAN BEBERAPA PRAJURIT MASUK PANGGUNG.
SULTAN AGENG : “ Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!”
SULTAN HAJI : “ Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh, ….. Ayahanda Sultan Bagaimana kabarnya? ( SULTAN AGENG DIAM ) Ananda sangat rindu sekali dengan Ayahanda Sultan!”
SULTAN AGENG : “ Apa benar isi surat yang kau kirimkan kepada ayahanda itu? Ayahanda beserta rakyat Banten ingin hidup damai kembali. Biar rakyat Banten hidup sejahtera.”
SULTAN HAJI : “ Ben ………”
KAPTEN TACK : “ Nei…nei…nei…. Itu tidak benar Sultan. Kompeni mengundang Sultan bukan untuk berunding. Kompeni tidak mau banyak rugi atas serangan-serangan Sultan di daerah-daerah. Opas tangkap itu Sultan Ageng….!”
PRAJURIT BELANDA LANGSUNG BERGERAK MENANGKAPA SULTAN AGENG DAN PRAJURITNYA.
TIDAK ADA PERLAWANAN DARI SULTAN DAN PRAJURITNYA. SULTAN HAJI TAMPAK BINGUNG DAN BERUSAHA UNTUK MENCEGAH SIKAP BELANDA.
SULTAN AGENG : “ Mengapa kau lakukan ayahandamu seperti ini? Ayahanda mau datang ke Surosowan ini karena kamu! …..”
SULTAN HAJI : “ Maafkan ananda…. Ananda tidak tahu kalau ….”
KAPTEN TACK : “ Cukup … cukup pertemuan keluarga ini. Sultan akan Kompeni kirim ke Batavia. Ha … ha … ha … ha.”
SULTAN AGENG TIRTAYASA KELUAR PANGGUNG DISERTAI PRAJURIT KOMPENI BELANDA.
( NARATOR ) Sultan Ageng Tirtayasa telah ditangkap atas tipu daya Kompeni Belanda dan kerja sama Sultan Haji, semangat perjuangan menentang dominasi Belanda tidaklah kurang. Hal ini menjadikan semangat perjuangan keluarga kerajaan, para ulama dan rakyat Banten yang masih setia kepada Sultan Ageng Tirtayasa. Mereka masih terus berjuan dengan perang gerilya di hutan-hutan menentang kolonialisme Belanda di tanah Jawa.
TERDENGAR SUARA TAKBIR, DENTUMAN MERIAM DAN DESINGAN SENAPAN PARA PEJUANG RAKYAT BANTEN.
S E LE S A I
Jumat, 22 April 2011
kerak bumi
Kerak bumi dan sebagian mantel bumi membentuk lapisan litosfer dengan ketebalan total kurang lebih 80 km.
Temperatur kerak meningkat seiring kedalamannya. Pada batas terbawahnya temperatur kerak menyentuh angka 200-400 oC. Kerak dan bagian mantel yang relatif padat membentuk lapisan litosfer. Karena konveksi pada mantel bagian atas dan astenosfer, litosfer dipecah menjadi lempeng tektonik yang bergerak. Temperatur meningkat 30 oC setiap km, namun gradien panas bumi akan semakin rendah pada lapisan kerak yang lebih dalam.
Unsur-unsur kimia utama pembentuk kerak bumi adalah: Oksigen (O) (46,6%), Silikon (Si) (27,7%), Aluminium (Al) (8,1%), Besi (Fe) (5,0%), Kalsium (Ca) (3,6%), Natrium (Na) (2,8%), Kalium (K) (2,6%), Magnesium (Mg) (2,1%).
Para ahli dapat merekonstruksi lapisan-lapisan yang ada di bawah permukaan bumi berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap seismogram yang direkam oleh stasiun pencatat gempa yang ada di seluruh dunia.
Kerak bumi purba sangat tipis, dan mungkin mengalami proses daur ulang oleh lempengan tektonik yang jauh lebih aktif dari saat ini dan dihancurkan beberapa kali oleh tabrakan asteroid, yang dulu sangat umum terjadi pada masa awal terbentuknya tata surya. Usia tertua dari kerak samudra saat ini adalah 200 juta, namun kerak benua memiliki lapisan yang jauh lebih tua. Lapisan kerak benua tertua yang diketahui saat ini adalah berusia 3,7 hingga 4,28 miliar tahun dan ditemukan di Narryer Gneiss Terrane di Barat Australia dan di Acasta Gneiss, Kanada.
Pembentukan kerak benua dihubungkan dengan periode orogeny intensif. Periode ini berhubungan dengan pembentukan super benua seperti Rodinia, Pangaea, dan Gondwana.
Langganan:
Postingan (Atom)